Setelah mengadakan orientasi selama satu bulan lebih di Lembah Baliem dan Khusnya di Lembah Siep-Kosi,Pater Frans Van Maanen mulai mengunjungi daerah Kurelu untuk mencari kontak dengan masyarakat dan keadaannya.Akhirnya pada tanggal 1 Desember 1960 ia memasuki daerah kurelu dengan maksud untuk menetap disitu.Ia berangkat dari Yumugima,tidak lewat Aikima yang bermusuhan dengan Kurelu melainkan lewat kaki gunung sampai bukit Sut.Ppada waktu mengarungii kali Elokora,Pater Frans ketemu dengan Kain Kurelu Mabel yang kebetulan berada disitu.Pater Herman Petersyang menemani Pater Frans Van Maanen itu memperkenalkan pater baru itu kepada Bapak Kurelu dan menyampaikan tujuan perjalanan mereka.Kurelu menerima mereka dengan cara yang istimewa: Kurelu membungkuk dan menimba air dengan kedua tangannya.Dengan tanda penerimaan ini,Bapak Kurelu sekaligus menyatakan bahwa seseorang yang ingin tinggal di daerahnya,lebih dahulu harus menerima,mempelajari dan meresapi keberadaan mereka.Setelah penerimaan itu Kurelu menghanyar Misionaris itu ke kampung simokak,walaupun mereka bermaksud untuk membuka Pos Misi di Yiwika,dimana Pater Piet pernah "membeli" sebuah honai.Kain Doni Alua menerima mereka di Simokak dan menganggap kedua misionaris itu sebagai tamunya sendiri.Setelah bermalam diSimokak,Pater Faran dan Herman kembali ke Wamena untuk mengambil bahan bangunan bagi Stasi Simokak.Beberap pemuda ,antara lain Kirimo Alua dan Pele Wetipo,mengikuti mereka ke Wamena unruk membantu.Pater Van Maanen kembali ke Simokan dengan Pater Apemusi/Blokdijk,yang lebih berpengalaman dengan membuka sebuah Pos yang baru.Ia memakai beberpa kriteria yang harus terpenuhi untuk di terima sebahai Pos Misi a.l. tempat itu harus dekat sumber air atau kali,dekat pusat adat dan dekat perkampungan masyarakat; dan tanah itu cukup luas untuk dapat membangun suatu stasi lengkap dengan gereja,pastoran,sekolah dan bilamana perlu juga sebuah lapangan terbang untuk pesawat kecil.Walaupun di sekitar Simokak tidak ada kemungkinan untuk membuat sebuah lapangan terbang,diputuskan untuk mrmbangun Pos Misi yang pertam didaerah Kurelu di simokak.Dengan demikian Gereja Katolik hadir di daerah Kurelu sejak tanggal 1 Desember 1960.
Dengan energi dan semangat besar pater Frans Van Maanen membangun rimahnya di Simokak dengan bantuan dari
masyarakat dan seorang pemuda asal W aris bernama Herman.Kadang-kadang seorang rekan misionaris datang membantu jiga.Sebagian kebutuhan didatangkan dengan Cessna yang mengadakan dropping pertama di lokasi pembangunan pada tanggal 8 Desember.Untuk kepentingan penerbangan,Simokak medapat sebuah pemancar yanh untuk pertama kalinya mengudara pada tanggal 3 Maret 1961.Pada awal bulan januari 1961 sudah mulai dibangun gedung sekolah yang sudah selesai pada tanggal 1 Februari dan pada hari itu Guru Yan Amo mulai memberikam pelajaran kepada 26 murid di SD Simokak itu(namun jumlah murid kemudian berkurang lagi seperti di tempat-tempat laing) sedangkan 5 anak di antar ke Wamena untuk masuk di sekolah pusat Misi.Guru Yan Amo yang berasal dari Waris,dengan cepat sekali menjadi akrab dengan masyarakat hal mana berpengaruh besar pada pembangunan daerah Kurelu itu.Misi Katolik makin mendapat simpati dari kalangan masyarakat Kurelu sedangkan pihak lain seperti pemerintah dan CAMA tidak mendapat izin untuk membuka pos di daerah mereka.Setelah geding sekolah,pater Frans mulai membangun hedung gereja yang berbentuk honai besar berdiameter 20 meter,di lengkapi dengan senuah menara lonceng mirip menara penjaga musuh tradisional (kayo).Bangunan inkulturatif itu menjadi kebanggaan masyarakatfan mulai bulan Juli Patet Frans merayakan Ekaristi Kudus di gereja Simokak dan memberikan pelajaran agama kepada anak-anak,guru-guru dan orang dewasa.Pelajaran agama berdasarkan Kitab Suci itu didukung oleh pertunjukan gambar-gambar dengan menggunakan proyektor lide.Pemberkatan gedung gerja di Simokak dirayakan pada tanggal 6 September 1961.
Selain membangun pos diSimokak,Pater Van Maanen mempelajari serta nendata seluruh daerah Kurelu untuk dapat membuat suatu rencana bagi daerah yang dipercayakan Kepadannya.Ia mau secepat mungkin membangun 7 sekolah bersubsidi maupun non-subsidi dimana para guru tidak hanya memberikan peljaran kepada anak-anak tetapi sekaligus menghadirkan Gereja ditengah masyarakat sebagai misionaris awamserta "menduduki"seluruh daerah itu sebagai pelayanan Gereja Katolik.Selain di Simokak direncanakan pembangunan sekolah dekat masing-masing kampung Lukigin,Mulake,Herkenharek,Kiwitsilimo,Kibaima dan Obia.Lima sekolah yang pertama sudah operasional pada pertengahan tahun 1961 dan mendapat subsidi mulai tanggal 1 September 1961.Tiap sekolah berukuran 4X8 meterdan terdiri dari dua ruangan satu untuk ruang kelas dan satu untuk tempat tinggal bagi guru.Untuk mendapat persetujuan dari kepala sukudan masyarakat selalu harus diadakan negoisasi dan kemudian harus di "beli" suatu lokasi/tempat serta bahan bangunan.Motivasi untuk menyetujui pembangunan sebuah Sekolah tentu bukan karena sekolah dan pendidikan formal itu sendiri,melainkan karena simpati dengan Pater,karena "pembayaran" berupa sejumlah kapak besi,mikak (kulit bia) atau karena masyarakat mengharapkan tidak akan buka Pos Polisi bilamana ada Pos Misi atau sekolah.
Sumber tulisan dari pater Frans Lieshout OFM.Sejarah Gereja Katolik di Lembah Baliem-Papua Halaman 114-118.
Sejarah adalah pijakan untuk kita memulai sesuatu dinegeri tercinta ini.Salam Kompak bagi Semua Tuhan memberkati (by pilog)
No comments:
Post a Comment