PAROKI KRISTUS TERANG DUNIA YIWIKA ORANG MUDA KATOLIK (OMK)
Admin ; Omk/Paroki/Yiwika
Link : https://omkparokiyiwikainfo.blogspot.com/
Sebagai sumber Informasi tentang awal masuknya Gereja Katolik di Ilugwa
Info,Omk _Materi Orang Muda Katolik Paroki KTD Yiwika, yang dipersiapkan dalam Natal OMK di Stasi iluga yang akan di presentasikan Oleh Tokoh Umat segaligus anak dari sejarahwan Katolik Wilayah V Stasi Kristus Raja Ilugwa,Bapak Tugiwaga Nikodemus Togodly.
LATAR BELAKANG MASUKNYA GEREJA KATOLIK
Sejak menginjak kaki
di lembah Agung Hubula untuk
Pertama kalinya pada bulan April 1964, saya merasa kagum karena alam yang indah
tetapi lebih-lebih karena Mnusia ‘Balim Meke’ yang dalam keterisolasian dari dunia luar maupun untuk dalam
komunikasih dengan alam sekitarnya
- mempertahankan dan menyesuaikan
diri dengan alam itu serta mengembangkan kebudayaan kebersamaan dan menghayati
nilai- nilai hidup baik yang mereka amat bangakan.
Tiba-tiba orang luar masuk
tanpa diundang ; mereka membawa injil, kabar baik , namun juga banyak pengaruh
dan kabar-kabar tidak baik yang semuanya
berinteraksi dengan masnyarakat balim.
Dengan kedatangan injil di lembah Balim, Tuhan berintervensi dalam
kehidupan mereka, “ bukan untuk meniadakan hukum/Kebudayaan, melainkan untuk
menggenapinya” ( Mt. 5:17).
KUNJUNGAN MISIONARIS
KE ILUGWA
Pihak
UFM atau APCM yang bekerja di bokondini,
sejak tahun 1995 berusaha untuk membuka Pos di Wolo dan Iluga dengan bantuan dari polisi dan
Kepala pemerintah di Bokondini, namun sebagian besar masnyarakat Iluga tidak
menerimanya. Mereka menantang cara pendekatan dan pemaksaan para penginjil untuk menerima agama mereka dan
oleh karena itu mereka menjahukan
diri dari pendeta maupun dari kepalah
pemerintah. Beberapa kepala suku Iluga terus menerus mendatangi para misionaris Katolik baik di Wo’ogi maupun di Yiwika dan
wamena dengan permohonan supaya dibuka Pos Gereja Katolik di Iluga.
Berdasarkan
permintaan terus menerus dari masnyarakat Iluga, pada tggl 1 januari 1974
Pater Jules Camps OFM ( Yiwika )
bersama dengan pater Arie
Blokdijk
OFM, Bruder Eligius Fenenteruma OFM dan Katekis Niko Hubi
(
Wo’ogi), mengadakan kunjungan orientasi
ke Iluga. Sebelumnya pada Tgl 8 Desember 1973 P.Camps sudah menyurat kepada pendeta Riley
mengenai rencana tersebut dan ia mengurus juga surat izin dari kepolisian
di wamena sedangkan Pemimpin resor, Pater lambert Dehing OFM, di berikan
tembusan dari surat yang ditunjukan kepada Pendeta. Maserakat Iluga menerima rombongan Misionaris
Katolik dengan gembira dan haru.
Pada
tanggal 2 januari 1974 rombongan misionaris
tersebut mengadakan pertemuan dengan kepala pemerintah setempat (KPS) dan dengan pendeta UFM Bpk. J.Riley,
yang mengakui bahwa 8 dari 10 Kepala suku menjauhkan diri dari pendeta dan
pemerintah (KPS) dengan alasan bahwa merekia mau mempertahankan adat merka.
Pendeta mengatakan: “Adat istiadat ini berasal dari Iblis dan seharusnya bagaikan sebatang
pohon tidak hanya di tebang melainkan dicabut dengan semua akarnya serta
dimusnahkan“.
Pada
hari berikut, tanggal 3 Januari, di selengarakan suatu pertemuan di
konagaima antara KPS dan pemuka-pemuka
agama dengan maserakat “Yang belum
menerima Agama” pertemuan itu berlangsug dengan baik dan masing- masing pihak
menyampaikan pandangannya secara terbuka.
Kepala-Kepala suku menyatakian : “Bila Misi Katolik tidak mengabulkan permintaan kami, kami merasa diri
sebagai pengantin wanita yang dibuang oleh suaminya; baginya tidak ada pilihan
lain daripada membuang diri di air”.
Akibat dari Kunjungan Ke Iluga
Ø Tanggal 7 Januari 1974 : Bupati menerima laporan dari KPS kelila dan
Pendeta, bahwa mungkin akan terjadi perang suku di Iluga sebagai akibat dari
kunjungan pihak Misi Katolik.Pater Camps dipagil oleh Bupati dan dituduh telah
menetang kebijakan pemerintah dan mengacaukan masnyarakat.
Ø Tanggal 7 Januari : Pemimpin
resor, yang tidak menyetujui kunjungan ke Iluga itu dan yang mungkin merasa
tersingung karena tidak diberitahukan sebelumnya kepadanya,melaporkan tentang
hal itu kepada Uskup dan mengundang beliau untuk datang kewamena.
Ø Tanggal 13 Januari :
Pertemuan Bapak bupati dengan Uskup Herman Munninghoff OFM, Pater Lambert Dehing, Pater Jules Camps dan Pater Michael
Angkur Di kantor Bupati.
·
Bupati menyampaikan bahwa Misi, terlepas dari soal keamanan , dilarang
untuk pergi ke Iluga dan bawa surat jalan dari polisi tidak sah. Ternyata Bupati tidak bersikap netral
melainkan memihak agama tertentu dan tidak menghargai hasrat hati nurani
masnyarakat. Tentang pernyataan Umat katolik menyangkut adat- istiadat,beliau
mengatakan bahwa isi pernyataan itu tidak sesuai dengan kebijaksanaan
Pemerintah.
·
Pihak misi mengerti baik bahwa ada kesulitan praktis untuk membuka Pos di Iluga, namun tidak sependapat dengan
pemerintah yang melarang Misi Katolik secara prinsip untuk masuk di Iluga.
Selanjutnaya Uskup minta waktu untuk dapat mengadakan rapat interen dengan para
Misionaris Katolik dan hasilnya akan di sampaikan kepada Bupati
Ø Rapat Misionaris dengan uskup pada tanggal 14 Januari berlangsung dalam
suasana tegang karena masalah iluga telah menyebabkan perselisihan
interen antara para anggotanya. Khususnya Pater Dehing merasakan Soal Iluga
tersebut sebagai suatu pukulan berat bagi dirinya. Uskup dan Pemimpin Resor
tidak menyetujui ekspansi ke daerah Iluga
dan menginginkan agar karya Gereja di intensifkan di wilayah lembah Balim yang
sedang dilayani, apa lagi sekarang tidak ada tenaga dan dana untuk memperluas
Wilayah itu. Tetapi ada juga yang berpenfdapat bahwa orng-orng Iluga termasuk
Masnyarakat KURELU dan justru harus dibuka Pos pelayanan di situ karena
itu menghasilkan hal-hal berikut yang kemudian juga disampaikan kepada Bupati
dan DPRD :
ü Gereja Katolik membela
prinsip kebebasan beragama bagi setiap
warga negara. Dalam persoalan Iluga, kalo benar bahwa sebagian besar
masnyarakat minta Misi Katolik maka Gereja Katolik tidak boleh saja melainkan
berwajib dan berhak untuk masuk dan membuka Pos pelayanan disana.
ü Pernyataan sikap gereja
Katolik tentang adat-istiadat akan di revisi agar menjaddi lebih jelas apa yang
harus di pertahankan dari adat- istiadat masnyarakat menurut Gereja Katolik
agar tidak terjadi salah paham.Gereja Katolik usulkan
supaya di kirim satu Tim netral ke Iluga untuk melihat keadaanya secara
objektif.
MENGAPA MASNYARAKAT
ILUGA TERUS MENERUS MINTA
KEDATANGTAN GEREJA KATOLIK ?
Masnyarakat Iluga megatakan bahwa Gereja
Protestan mau memusnahkan adat Kebudayaan mereka bahwa para penginjil memaksa
masnyarakat dengan tindakan fisik. Berdasarkan semuanya itu, Pater Jules Cams
OFM menaruh kasih kepada Masnyarakat Iluga. Ia berpendapat bahwa masnyarakat
Iluga mempunyai hak untuk memilih agama yang mereka ke hendaki dan bahwa
Misi Katolik harus membantu mereka.
Kepala
suku Omadek Togodli/Logo tidak pernah berhenti berkunjung agar Gereja GIDI mau
mengubah sikapnya dan agar Gereja Katolik datang ke daerahnya. Pada awal Thn 1985 Umat awam yaitu Ketua BMP (Badan Musnyawara
Paroki) Yiwika Herman Marin di temani oleh Hendrik Alua, Markus Logo dan Hengki
Mabel pergoi ke Iluga untuk melihat dari dekat situasi Iluga. Mereka di temani dengan gembira Oleh Bapak
Omakde dan Balakhalok Logo mereka menangis dan berdoa bersama dengan para tamu
itu dan sampai larut malam mereka berceritra
tentang situasi mereka si Iluga. Tetapi
ternyata umat GIDI telah mendengar tentang kunjungan BMP Yiwika itu dan berusaha untuk menangkap
mereka, maka BMP lari kembali ke Yiwika melalui Yomosimo. Beberapa bulan
kemudian Herman Marian dan Yosef Mabel kembali lagi ke Iluga dan mengadakan
sembayang di kampung Omakde. Mereka di
pangil ke Pos GIDI di Danama dimna mereka dimarahi diancam.
PADA
PERTENGAHAN TAHUN 1986.
Sebuah
delegasi masnyarakat Iluga mendatangi pater Dekan yang sedang berada di Yiwika dengan
permintaan yang sama seperti yang suda sering mereka sampaikan itu. Dekan menjawab bahwa Gereja Katolik tidak
dapat memenuhi permintaan mereka.
Setelah itu para wenewolok Paroki
Yiwika secara diam-diam mengambil inisiatif untuk setiap minggu secara bergilir
pergi ke Iluga dan mengadakan ibadat serta memberikan pelajaran Agama Katolik
di kampung Bapak Omakde Pater DekanPun
tidak tahu tentang inisiatif metreka. Mula-mula para wenewolok mengalami
perlawanan dan siksaan dari pihak umat GIDI membiarkan mereka dan akhirnya
menerima kenyataan itu, sehinga Herman marian berhasil membangun sebuah Kapela Katolik di Iluga. Namun pater Dekan
baru di beritahukan tentang semuanya itu pada tahun 1987 dan dia menjadi heran
sekali. Akhirnya Pater dekan harus menerima permintaan orang
Iluga dan ia memberikan sedikit bantuan untuk dapat menyelesaikan pembagunan
Kepela itu.
PADA TAHUN
1987.
BMP
Yiwika menyampaikan bahwa pihak GIDI
tidak berkeberatan dan mengundang Pater Dekan dan Frter Jhon Saklil Pr. Bersama satu rombongan besar BMP dan umat
Paroki Yiwika berjalan kaki selama dua hari samp-ai di iluga di mana mereka
disambut dengan gembira dan dengan ratap tangis oleh para kepala suku dan
masnyarakat. Pada tanggal 21 Agustus
1987 diadakan acara peresmian Kapela Iluga “Yesus Oba Kulogo Nokorek” (
Yesus Sumber Hidup Kita ) dihadiri oleh umat Katolik dan oleh sejumlah pendeta
serta Umat GIDI. Kami sebagai Kordinator Orang Muda Katolik menyampaikan limpah terimakasih kepada Bruder Elias Logo OFM.(By Pilo)
Jaya OMK Yiwika
ReplyDeleteLuar bias OMK Yiwika tetap maju
ReplyDelete