Sunday, December 8, 2019

PERJALANAN MASUKNYA MISIONARIS KATOLIK KE DAERAH ILUGWA

                      PAROKI KRISTUS TERANG DUNIA YIWIKA  ORANG MUDA KATOLIK (OMK) 


                                    Admin ; Omk/Paroki/Yiwika
                                    Link    : https://omkparokiyiwikainfo.blogspot.com/


               Bruder Elias Logo.OFM
Sebagai sumber Informasi tentang awal masuknya Gereja Katolik di Ilugwa


      Info,Omk  _Materi Orang Muda Katolik Paroki KTD Yiwika, yang dipersiapkan  dalam Natal OMK di Stasi iluga  yang akan di presentasikan Oleh Tokoh Umat segaligus anak dari sejarahwan Katolik  Wilayah V Stasi Kristus Raja Ilugwa,Bapak Tugiwaga Nikodemus Togodly. 

       LATAR  BELAKANG MASUKNYA GEREJA KATOLIK

Sejak menginjak kaki  di lembah Agung  Hubula untuk Pertama kalinya pada bulan April 1964, saya merasa kagum karena alam yang indah tetapi lebih-lebih karena Mnusia ‘Balim Meke’ yang dalam keterisolasian dari dunia luar maupun untuk dalam komunikasih dengan alam sekitarnya  -  mempertahankan dan menyesuaikan diri dengan alam itu serta mengembangkan kebudayaan kebersamaan dan menghayati nilai- nilai hidup baik yang mereka amat bangakan.
Tiba-tiba orang luar masuk tanpa diundang ; mereka membawa injil, kabar baik , namun juga banyak pengaruh dan kabar-kabar  tidak baik yang semuanya berinteraksi dengan masnyarakat balim.  Dengan kedatangan injil di lembah Balim, Tuhan berintervensi dalam kehidupan mereka, “ bukan untuk meniadakan hukum/Kebudayaan, melainkan untuk menggenapinya”  ( Mt.  5:17).

       KUNJUNGAN  MISIONARIS  KE ILUGWA

Pihak UFM atau  APCM yang bekerja di bokondini, sejak tahun 1995 berusaha untuk membuka Pos di Wolo  dan Iluga dengan bantuan dari polisi dan Kepala pemerintah di Bokondini, namun sebagian besar masnyarakat Iluga tidak menerimanya. Mereka menantang cara pendekatan dan pemaksaan  para penginjil untuk menerima agama mereka dan  oleh karena itu mereka menjahukan diri  dari pendeta maupun dari kepalah pemerintah. Beberapa kepala suku Iluga terus menerus mendatangi para misionaris  Katolik baik di Wo’ogi maupun di Yiwika dan wamena dengan permohonan supaya dibuka Pos Gereja Katolik di Iluga.
Berdasarkan permintaan terus menerus dari masnyarakat Iluga, pada tggl 1 januari  1974  Pater Jules  Camps OFM ( Yiwika ) bersama dengan pater Arie
Blokdijk OFM, Bruder Eligius Fenenteruma OFM dan Katekis Niko Hubi 
( Wo’ogi), mengadakan kunjungan orientasi  ke  Iluga.   Sebelumnya pada Tgl  8 Desember 1973  P.Camps sudah menyurat kepada pendeta  Riley  mengenai rencana tersebut dan ia mengurus juga surat izin dari kepolisian di wamena sedangkan Pemimpin resor, Pater lambert Dehing OFM, di berikan tembusan dari surat yang ditunjukan kepada Pendeta.  Maserakat Iluga menerima rombongan Misionaris Katolik dengan gembira dan haru.

Pada tanggal 2 januari  1974 rombongan misionaris tersebut mengadakan pertemuan dengan kepala pemerintah setempat  (KPS) dan dengan pendeta UFM Bpk. J.Riley, yang mengakui bahwa 8 dari 10 Kepala suku menjauhkan diri dari pendeta dan pemerintah (KPS) dengan alasan bahwa merekia mau mempertahankan adat merka. Pendeta mengatakan:  Adat istiadat ini berasal dari Iblis dan seharusnya bagaikan sebatang pohon tidak hanya di tebang melainkan dicabut dengan semua akarnya serta dimusnahkan“. 

Pada hari berikut, tanggal 3 Januari, di selengarakan suatu pertemuan di konagaima  antara KPS dan pemuka-pemuka agama dengan maserakat  “Yang belum menerima Agama” pertemuan itu berlangsug dengan baik dan masing- masing pihak menyampaikan pandangannya secara terbuka.  Kepala-Kepala suku menyatakian : “Bila Misi Katolik tidak mengabulkan permintaan kami, kami merasa diri sebagai pengantin wanita yang dibuang oleh suaminya; baginya tidak ada pilihan lain daripada membuang diri di air”.

      Akibat dari Kunjungan Ke Iluga
          
Ø Tanggal 7 Januari 1974  : Bupati menerima laporan dari KPS kelila dan Pendeta, bahwa mungkin akan terjadi perang suku di Iluga sebagai akibat dari kunjungan pihak Misi Katolik.Pater Camps dipagil oleh Bupati dan dituduh telah menetang kebijakan pemerintah dan mengacaukan masnyarakat.
Ø Tanggal 7 Januari : Pemimpin resor, yang tidak menyetujui kunjungan ke Iluga itu dan yang mungkin merasa tersingung karena tidak diberitahukan sebelumnya kepadanya,melaporkan tentang hal itu kepada Uskup dan mengundang beliau untuk datang kewamena.

Ø Tanggal 13 Januari : Pertemuan Bapak bupati dengan Uskup Herman Munninghoff OFM, Pater Lambert  Dehing, Pater Jules Camps dan Pater Michael Angkur Di kantor Bupati.
·        Bupati menyampaikan bahwa Misi, terlepas dari soal keamanan , dilarang untuk pergi ke Iluga dan bawa surat jalan dari polisi tidak sah.  Ternyata Bupati tidak bersikap netral melainkan memihak agama tertentu dan tidak menghargai hasrat hati nurani masnyarakat. Tentang pernyataan Umat katolik menyangkut adat- istiadat,beliau mengatakan bahwa isi pernyataan itu tidak sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah.
·        Pihak misi mengerti baik bahwa ada kesulitan praktis untuk membuka Pos  di Iluga, namun tidak sependapat dengan pemerintah yang melarang Misi Katolik secara prinsip untuk masuk di Iluga. Selanjutnaya Uskup minta waktu untuk dapat mengadakan rapat interen dengan para Misionaris Katolik dan hasilnya akan di sampaikan kepada Bupati
 
Ø Rapat Misionaris  dengan uskup pada tanggal 14  Januari berlangsung  dalam  suasana tegang karena masalah iluga telah menyebabkan perselisihan interen antara para anggotanya. Khususnya Pater Dehing merasakan Soal Iluga tersebut sebagai suatu pukulan berat bagi dirinya. Uskup dan Pemimpin Resor tidak menyetujui  ekspansi ke daerah Iluga dan menginginkan agar karya Gereja di intensifkan di wilayah lembah Balim yang sedang dilayani, apa lagi sekarang tidak ada tenaga dan dana untuk memperluas Wilayah itu. Tetapi ada juga yang berpenfdapat bahwa orng-orng Iluga termasuk Masnyarakat  KURELU dan justru harus dibuka Pos pelayanan di situ karena itu menghasilkan hal-hal berikut yang kemudian juga disampaikan kepada Bupati dan DPRD :

ü Gereja Katolik membela prinsip kebebasan beragama bagi  setiap warga negara. Dalam persoalan Iluga, kalo benar bahwa sebagian besar masnyarakat minta Misi Katolik maka Gereja Katolik tidak boleh saja melainkan berwajib dan berhak untuk masuk dan membuka Pos pelayanan disana.
ü Pernyataan sikap gereja Katolik tentang adat-istiadat akan di revisi agar menjaddi lebih jelas apa yang harus di pertahankan dari adat- istiadat masnyarakat menurut Gereja Katolik agar tidak terjadi salah paham.Gereja Katolik usulkan supaya di kirim satu Tim netral ke Iluga untuk melihat keadaanya secara objektif.



MENGAPA  MASNYARAKAT  ILUGA  TERUS MENERUS  MINTA  KEDATANGTAN  GEREJA  KATOLIK ?

 Masnyarakat Iluga megatakan bahwa Gereja Protestan mau memusnahkan adat Kebudayaan mereka bahwa para penginjil memaksa masnyarakat dengan tindakan  fisik.  Berdasarkan semuanya itu, Pater Jules Cams OFM menaruh kasih kepada Masnyarakat Iluga. Ia berpendapat bahwa masnyarakat Iluga mempunyai hak untuk memilih agama yang mereka ke hendaki dan bahwa Misi  Katolik harus membantu mereka.

Kepala suku Omadek Togodli/Logo tidak pernah berhenti berkunjung agar Gereja GIDI mau mengubah sikapnya dan agar Gereja Katolik datang ke daerahnya.  Pada awal Thn 1985 Umat  awam yaitu Ketua BMP (Badan Musnyawara Paroki) Yiwika Herman Marin di temani oleh Hendrik Alua, Markus Logo dan Hengki Mabel pergoi ke Iluga untuk melihat dari dekat situasi Iluga.  Mereka di temani dengan gembira Oleh Bapak Omakde dan Balakhalok Logo mereka menangis dan berdoa bersama dengan para tamu itu dan sampai larut  malam mereka berceritra tentang situasi mereka si Iluga.  Tetapi ternyata umat GIDI telah mendengar tentang kunjungan BMP  Yiwika itu dan berusaha untuk menangkap mereka, maka BMP lari kembali ke Yiwika melalui Yomosimo. Beberapa bulan kemudian Herman Marian dan Yosef Mabel kembali lagi ke Iluga dan mengadakan sembayang di kampung Omakde.  Mereka di pangil ke Pos GIDI di Danama dimna mereka dimarahi diancam.

       PADA PERTENGAHAN TAHUN 1986.

Sebuah delegasi masnyarakat Iluga mendatangi pater Dekan yang sedang berada di Yiwika dengan permintaan yang sama seperti yang suda sering mereka sampaikan itu.  Dekan menjawab bahwa Gereja Katolik tidak dapat memenuhi permintaan mereka.   Setelah itu para wenewolok  Paroki Yiwika secara diam-diam mengambil inisiatif untuk setiap minggu secara bergilir pergi ke Iluga dan mengadakan ibadat serta memberikan pelajaran Agama Katolik di kampung Bapak Omakde  Pater DekanPun tidak tahu tentang inisiatif metreka. Mula-mula para wenewolok mengalami perlawanan dan siksaan dari pihak umat GIDI membiarkan mereka dan akhirnya menerima kenyataan itu, sehinga Herman marian berhasil membangun sebuah  Kapela Katolik di Iluga. Namun pater Dekan baru di beritahukan tentang semuanya itu pada tahun 1987 dan dia menjadi heran sekali.   Akhirnya  Pater dekan harus menerima permintaan orang Iluga dan ia memberikan sedikit bantuan untuk dapat menyelesaikan pembagunan Kepela itu.


        PADA TAHUN 1987.

BMP Yiwika menyampaikan  bahwa pihak GIDI tidak berkeberatan dan mengundang Pater Dekan dan Frter Jhon Saklil Pr.  Bersama satu rombongan besar BMP dan umat Paroki Yiwika berjalan kaki selama dua hari samp-ai di iluga di mana mereka disambut dengan gembira dan dengan ratap tangis oleh para kepala suku dan masnyarakat.  Pada tanggal 21 Agustus 1987 diadakan acara peresmian Kapela Iluga “Yesus Oba Kulogo Nokorek”  ( Yesus Sumber Hidup Kita ) dihadiri oleh umat Katolik dan oleh sejumlah pendeta serta Umat GIDI. Kami sebagai Kordinator Orang Muda Katolik menyampaikan limpah terimakasih kepada Bruder Elias Logo OFM.(By Pilo)
       


2 comments:

Pemberian Sakramen Perkawinan Kepada Pasangan Lirue Wantik dan Awika Logo oleh Pastor Modestus Teniwut OFM.Di Gedung Gereja "Paroki KTD YWK.",Minggu 11/07/21

Hari inî Minggu 21 Yuli 2021,merupakan hari bersejarah bagi kedua pasangan ini,mereka masuk dalam Hadirat Allah sebagai Keluarga...